Pages

Tuesday, January 29, 2019

Tantangan Penerbangan di Papua

Tantangan...( Under Contruction)
Tantangan untuk penerbangan perintis di wilayah Papua tak ada habisnya. Baru saja, terjadi musibah jatuhnya Pesawat Dimonim Air PK-HVQ di Gunung Menuk, Distrik Aerambakon, Papua, Minggu (12/8/2018). Kondisi cuaca diduga sebagai salah satu penyebab utama terjadinya musibah tersebut. Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan UPBU Kelas I Wamena Ferdinand Hallatu menjelaskan, tantangan utama dari penerbangan adalah kondisi geografis dan cuaca. "Khususnya di Papua, terutama di wilayah pegunungan, kondisi geografis dan cuaca itu sangat memengaruhi penerbangan," ujar dia ketika ditemui di kantornya, Minggu (13/8/2018). Dia mengatakan, kondisi geografis Oksibil yang berada di pegunungan, membuat pesawat yang akan mendarat harus melewati celah- celah pegunungan itu. Namun, ketika cuaca buruk dan kabut mulai turun, celah tersebut akan tertutup dan menghalangi jalan pesawat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tantangan Penerbangan di Papua", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/113900626/tantangan-penerbangan-di-papua.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena
Tantangan untuk penerbangan perintis di wilayah Papua tak ada habisnya. Baru saja, terjadi musibah jatuhnya Pesawat Dimonim Air PK-HVQ di Gunung Menuk, Distrik Aerambakon, Papua, Minggu (12/8/2018). Kondisi cuaca diduga sebagai salah satu penyebab utama terjadinya musibah tersebut. Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan UPBU Kelas I Wamena Ferdinand Hallatu menjelaskan, tantangan utama dari penerbangan adalah kondisi geografis dan cuaca. "Khususnya di Papua, terutama di wilayah pegunungan, kondisi geografis dan cuaca itu sangat memengaruhi penerbangan," ujar dia ketika ditemui di kantornya, Minggu (13/8/2018). Dia mengatakan, kondisi geografis Oksibil yang berada di pegunungan, membuat pesawat yang akan mendarat harus melewati celah- celah pegunungan itu. Namun, ketika cuaca buruk dan kabut mulai turun, celah tersebut akan tertutup dan menghalangi jalan pesawat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tantangan Penerbangan di Papua", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/113900626/tantangan-penerbangan-di-papua.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena
Tantangan untuk penerbangan perintis di wilayah Papua tak ada habisnya. Baru saja, terjadi musibah jatuhnya Pesawat Dimonim Air PK-HVQ di Gunung Menuk, Distrik Aerambakon, Papua, Minggu (12/8/2018). Kondisi cuaca diduga sebagai salah satu penyebab utama terjadinya musibah tersebut. Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan UPBU Kelas I Wamena Ferdinand Hallatu menjelaskan, tantangan utama dari penerbangan adalah kondisi geografis dan cuaca. "Khususnya di Papua, terutama di wilayah pegunungan, kondisi geografis dan cuaca itu sangat memengaruhi penerbangan," ujar dia ketika ditemui di kantornya, Minggu (13/8/2018). Dia mengatakan, kondisi geografis Oksibil yang berada di pegunungan, membuat pesawat yang akan mendarat harus melewati celah- celah pegunungan itu. Namun, ketika cuaca buruk dan kabut mulai turun, celah tersebut akan tertutup dan menghalangi jalan pesawat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tantangan Penerbangan di Papua", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/113900626/tantangan-penerbangan-di-papua.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena
Tantangan untuk penerbangan perintis di wilayah Papua tak ada habisnya. Baru saja, terjadi musibah jatuhnya Pesawat Dimonim Air PK-HVQ di Gunung Menuk, Distrik Aerambakon, Papua, Minggu (12/8/2018). Kondisi cuaca diduga sebagai salah satu penyebab utama terjadinya musibah tersebut. Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan UPBU Kelas I Wamena Ferdinand Hallatu menjelaskan, tantangan utama dari penerbangan adalah kondisi geografis dan cuaca. "Khususnya di Papua, terutama di wilayah pegunungan, kondisi geografis dan cuaca itu sangat memengaruhi penerbangan," ujar dia ketika ditemui di kantornya, Minggu (13/8/2018). Dia mengatakan, kondisi geografis Oksibil yang berada di pegunungan, membuat pesawat yang akan mendarat harus melewati celah- celah pegunungan itu. Namun, ketika cuaca buruk dan kabut mulai turun, celah tersebut akan tertutup dan menghalangi jalan pesawat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tantangan Penerbangan di Papua", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/113900626/tantangan-penerbangan-di-papua.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena

Keselamatan Penerbangan di Papua

Kementerian Perhubungan dan perusahaan operator bandara sepakat meningkatkan keamanan penerbangan di wilayah udara Papua.

"Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri untuk meningkatkan keselamatan penerbangan. Namun, kami mendekati operator juga bukan untuk kolusi, tapi untuk sama-sama menjalankan aturan-aturan penerbangan yang sudah ditetapkan," ujar Agus Santoso, Direkur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, hari ini Sabtu (13/1/2018).

Menurut Agus, dalam waktu dekat ini inspektur dari Ditjen Perhubungan Udara akan lebih banyak melakukan rampcheck di Papua dan Papua Barat. Banyaknya rampcheck yang dilakukan bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi untuk memperbaiki secara bersama pemenuhan terhadap Safety Regulation, serta mencari timbal balik (feedback) dari operasional di lapangan untuk memperbaiki penerbangan nasional.

Agus menambahkan bahwa dahulu wilayah Papua dan Papua Barat merupakan rantai terlemah dari penerbangan Indonesia.

Hal ini dikarenakan letaknya yang jauh dari kantor pusat di Jakarta sehingga pengawasannya tidak berjalan dengan maksimal dibarengi dengan pelanggaran dari operator yang ingin jalan pintas dalam pemuatan barang maupun operasi pesawatnya.

"Namun sekarang hal tersebut tidak akan ada lagi. Kita sekarang sedang melakukan pembangunan besar-besaran di wilayah Papua, termasuk dalam hal penerbangan," ujar Agus.

Saat ini Indonesia sudah mempunyai bekal yang lebih dari cukup untuk menghadapi assesment Ini Eropa. Yaitu kenaikan peringkat Indonesia dalam kaegorisasi otoritas penerbangan Amerika Serikat (FAA AS) dari kategori 2 menjadi kategori 1.

Agus Santoso menyatakan bahwa ada atau tidak ada assessment dari Uni Eropa, ada ataupun tidak ada instruksi, keselamatan penerbangan di Papua tetap harus ditingkatkan dengan kerjasama yang baik antara regulator dan operator.

"Terutama pada pelaksanaan Quality and Safety Management System, Operational Management System, Airworthiness Management System dan Administration Organization," katanya.